Senin, 27 Januari 2014

Ini cara NSA dan scammer mencuri data pengguna Facebook

Reporter : Arif Pitoyo | Sabtu, 25 Januari 2014 08:19

Ini cara NSA dan scammer mencuri data pengguna Facebook

Merdeka.com - Facebook merupakan social media yang paling banyak digunakan di Indonesia. Selain untuk ajang narsis, lewatFacebook, pengguna juga bisa menemukan teman-teman lama yang sebelumnya tidak pernah berkomunikasi.

Tak jarang pengguna mencantumkan semua data pribadinya agar teman lamanya di Facebook bisa tahu dan bisa menghubunginya setiap saat, baik lewat telepon atau pun berkunjung ke rumah, sehingga data alamat, nomor telepon, foto keluarga, dan lainnya pun tercantum dalam profil Facebook, apalagi pengguna sering lupa mengunci keamanan pada menu privacy.

Meski penuh dengan kemudahan dan kesenangan saat berselancar di social media, terdapat bahaya yang mengintip setiap saat, yaitu pencurian data, penipuan, dan bahkan mengarah ke kriminalitas fisik.

Anonymous Indonesia lewat akun twitter @AnonNewsIndonesia mengungkapkan bahaya pencurian data, terutama yang dilakukan oleh National Security Agency (NSA) Amerika Serikat lewat jebakan.

"Jika Anda membuka Facebook dan mendapatkan pesan akun anda di kunci dengan alasan akun anda terjangkit virus atau malware, dan anda disarankan untuk menginstal antivirus dari microsoft untuk komputer dan apple, tolong jangan di instal atau abaikan saja," kicaunya, belum lama ini.

Dia meyakini bahwa hal tersebut merupakan jebakan atau trik dari hacker elit NSA untuk mencuri atau mengakses data pribadi pengguna Facebook.

Selain itu, dalam situs indonesiaindonesia.com juga terungkap cara scammer dalam menipu korbannya. Pertama adalah mencari korban dengan mengirim permintaan menjadi teman ke beberapa profile orang di Facebook dan Myspace secara acak. Beberapa dari mereka pasti menerima permintaan tersebut, kemudian scammer mengumpulkan semua data teman-teman korban.

Langkah kedua, buka facebook dan cari teman-teman korban itu, jika menemukan profile mereka, scammer mengirim permintaan menjadi teman (friend request) di Facebook.

Langkah ketiga, jika korban telah menerima permintaan tersebut, scammer akan membandingkan data teman-teman mereka di MySpace dan di Facebook, lalu scammer membuat daftar mereka yang terdaftar di MySpace tetapi tidak terdaftar di Facebook.

Scammer lalu mengambil foto-foto mereka beserta data profile nya dan buat profile palsu yang meyakinkan di Facebook, lalu akun palsu tadi mengirim permintaan menjadi teman (friend request) ke korban di Facebook setelah itu barulah mereka melancarkan tipuannya.

Pengguna Facebook memang disarankan tidak menerima pertemanan dari orang-orang yang tidak dikenalnya agar tidak terjebak menjadi korban scammer.

merdeka.com

Senin, 20 Januari 2014

Menyaksikan Iklan di Smartphone India Ini Bisa Menghasilkan Uang Lho!

Sebuah kebijakan yang sangat menarik diluncurkan oleh produsen smartphone India, Micromax. Mereka baru saja memperkenalkan smartphone baru bernama Canvas Mad A94. Smartphone ini mempunyai spesifikasi yang terbilang biasa saja. Namun daya tarik smartphone ini terletak pada sebuah aplikasi bernama MAd yang ada di dalamnya.
Micromax-Canvas-MAd-A94
MAd yang merupakan kepanjangan dari Micromax Advertising bisa dijadikan sarana penghasil uang oleh pemilik smartphone ini. Caranya pun tak terlalu sulit, pemilik smartphone tinggal menyaksikan iklan dan akan mendapatkan poin. Selanjutnya, poin tersebut bisa ditukar dengan uang atau pulsa.
Selain itu, aplikasi MAd juga dilengkapi dengan portal M!Live. Portal ini pun menyediakan berbagai jenis konten download, seperti game, video, wallpaper serta musik. Smartphone ini juga dilengkapi dengan aplikasi layanan video streaming film Bollywood Spuul, Kingsoft Office serta Opera Mini.
Smartphone Canvas MAd A94 sendiri seperti telah dibilang sebelumnya, mempunyai spesifikasi yang biasa-biasa saja. Handphone ini menggunakan OS Android Jelly Bean 4.2.2 dengan layar berukuran 4.5 inci. Di bagian dalamnya, terdapat prosesor quad core berkecepatan 1.2GHz. Mengenai harganya, smartphone ini dipatok sebesar 8490 rupee atau 1.6 juta rupiah.

Selasa, 14 Januari 2014

Unibraw Malang kembangkan game kinect bagi penderita autis

Reporter : Dwi Andi Susanto | Sabtu, 11 Januari 2014 12:01

Merdeka.com - Memang terapi untuk para penderita attention deficit hyperactive disorder atau autis dapat dikatakan mahal dan harus dilakukan secara berulang-ulang. Namun, dengan alat ini, biaya tersebut dapat dipangkas.

3 orang mahasiswa Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, berhasil menciptakan satu permainan yang juga dapat digunakan sebagai sarana terapi bagi para penderita autis.

Permainan yang diberi nama Application Game Therapy Attention Deficit Hyperactive Disorder" (AGTA) ini menggunakan alat sensor gerak sejenis kinect seperti yang digunakan di perangkat game seperti Xbox One atau Wii U.

Terdapat 3 pilihan game yang disajikan yaitu "Catch the Jellyfish," "Falling Party" dan "Go Fishing." Pada permainan "Catch the Jellyfish", pemain harus menangkap ubur-ubur yang lewat dengan menggunakan tangan kanannya saja.

Sedangkan permainan kedua "Falling Party" mengharuskan pemain menggerakkan kedua tangan kiri dan kanan untuk menangkap berbagai ikan yang jatuh dari arah atas. Sementara permainan ketiga, "Go Fishing", pemain harus memilih satu ikan yang warnanya sesuai dengan perintah yang diberikan sistem.

Memang, para pengembang game terapi ini mengatakan bahwa dibutuhkan dana sekitar Rp 1,5 juta untuk pembelian alatnya, namun dana tersebut hanya dikeluarkan sekali dan untuk jangka panjang.

"Untuk terapi obat biayanya sangat mahal, yakni yang berbentuk tablet seharga Rp65 ribu/butir, terapi biomedis dan terapi kognitif yang biayanya mencapai Rp90 ribu untuk satu kali pertemuan," jelas Ika Kusumaning Putri, salah satu pengembang AGTA di Malang, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (11/01).

Lebih lanjut Ika mengatakan AGTA dirancang khusus bagi anak penderita autis. Autis merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik yang kebanyakan diderita oleh anak-anak.

Gejala yang sering ditunjukkan oleh penderita ADHD itu antara lain kesulitan untuk memusatkan perhatian dan kebiasaan hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam). "Menurut terapis yang kami temui saat riset pembuatan game AGTA ini, biasanya penderita autis ini tidak dapat duduk diam dan fokus pada suatu hal meski hanya dalam waktu 1 menit," kata Ika.

Selain dapat melatih konsentrasi dan fokus anak, AGTA juga dapat melatih perkembangan kognitif mereka.

Menyinggung rencana ke depan terkait temuannya itu, Ika mengatakan permainan ini akan dikembangkan untuk tujuan sosial, terutama bagi sekolah-sekolah anak berkebutuhan khusus atau perorangan yang memang membutuhkan.

Saat ini, lanjutnya, permainan AGTA sudah mulai diterapkan di sekolah berkebutuhan khusus yang ada di Kota Malang. "Kami sudah pernah menerapkan di salah satu sekolah berkebutuhan khusus zero five dan responnya sangat bagus," kata mahasiswa lainnya, Hanas.

AGTA yang diusung oleh tiga mahasiswa yang tergabung dalam Raion's Head itu berhasil meraih medali emas dalam kategori permainan di ajang kompetisi Gemastik 6.

Pada kompetisi yang diselenggarakan di Bandung itu, AGTA mampu menyisihkan sembilan karya game finalis lainnya dari berbagai universitas di Indonesia.
[das]